Frilla
Michelle kecil memiliki rambut pirang kecoklatan sebahu dengan ikal-kal besar menjuntai di sekeliling wajah, sorot tajam dan waspada nyaris selalu tersirat dari sepasang manik yang minim pendar keceriaan. Tingginya sekitar satu kepala lebih tinggi daripada anak-anak perempuan sebaya di pre-school, dan ia tidak pernah menemukan cara yang benar untuk meminjam boneka beruang milik anak lain tanpa membuat mereka menangis meraung-raung.

Since the day that we met
I ain't never had anyone make me feel this way
And my heart is sure it wants to be with you


Lalu omma akan tergopoh-gopoh datang untuk meminta maaf pada orangtua si korban sambil beberapa kali membungkukkan badan dan bertutur dengan logat Asia yang kental. Celemek dengan noda saus tomat masih tersampir di pinggang, dan dari tubuhnya menguar aroma today's menu cafe di sisi perempatan pusat kota. Surai hitam sang ibu kala itu masih panjang, rapi terikat menjadi satu kuncir di belakang punggung. Sementara poni tebal yang menutupi kening nampak sedikit lepek dan berantakan, mungkin karena peluh dan terpaan angin saat terburu-buru melintasi jalan menuju sekolah setelah menerima telepon dari kepala sekolah. Michelle sudah lupa namanya.

Dengan bibir mengerucut dan hidung mengernyit seakan merasa integritas lembaga pendidikan yang dibinanya akan tercemar apabila publik menyaksikan seorang pelayan berkulit kuning dan anak perempuannya yang tidak tahu adat berada di pekarangan sekolah lebih lama lagi, ia akan mengomel dalam Bahasa Perancis dengan cepat—entah apakah sindiran terhadap orang asing terkandung di dalamnya, karena jelas si gadis kecil dan ibunya tidak dapat menangkap keseluruhan maksud ucapan dari nenek tua itu—dan menyuruh Mrs. Kim untuk membawa putrinya pulang dengan catatan, anak itu wajib menerima wejangan sopan santun tentang cara bergaul ala seorang gadis Eropa.

Wanna give you the whole world
If you make that promise to me, You're gonna stay
Without you here with me, I'm lost and so confused


Tahun-tahun berlalu, namun fille berdarah campuran dua benua itu tidak pernah berubah. Ia masih keras kepala dan cuek, juga tak segan memukuli murid-murid lain di sekolah yang memandangnya setengah mata—hanya karena tidak banyak brunette jangkung bermata sipit tinggal di Avallon. Ketika kekuatan sihir mulai menampakkan diri, ia berhasil membuat seorang anak laki-laki pingsan saat bermain bola tangkap. Semua orang berpikir tidak mungkin sebuah bola karet mampu membuat seseorang sampai terkapar dengan benjol sebesar telur ayam di dahi, maka tersiarlah cerita bagaimana seorang gadis temperamental berhasil membalas dendam pada teman sekelasnya yang sering mengolok dengan menghantam kepala anak itu dengan pemukul bisbol saat semua sedang tidak memperhatikan.

Tapi sebagaimanapun buruk pandangan orang lain, ibunya tidak pernah mengeluh. Ia mempercayai dan menyayangi putri kecil yang dia lahirkan sepenuh hati, menerima pandangan negatif dari mereka tanpa mengeluhkan apapun. Sementara bermil-mil jauhnya dari tempat itu, sang ayah duduk berpangku tangan sembari menganggap si anak perempuan tidak cukup berharga untuk dijaga baik-baik karena warisan klan hanya akan diturunkan pada kaum lelaki. Dan Michelle tidak pernah membayangkan bagaimana wujud rupanya kini jika sepanjang masa-masa sulit itu, satu-satunya orang yang mendampingi bukanlah Kim Eun-soo. Atau sikap yang ditunjukkan omma kala itu tak ubahnya seperti kisah yang baru saja mengalun. Mungkin ia sudah dibuang ke panti asuhan antah-berantah atau bunuh diri.

Dan ia tidak percaya selama ini berani mengaku-ngaku sebagai seorang korban tanpa mengetahui kenyataan sebenarnya bahwa sang pangeran mengalami gejolak semacam itu berkecamuk dalam hati sepanjang waktu. Tatkala yang ada dalam pikirannya hanya konfrontasi atas adegan pemuda itu mencium gadis lain, Nate setengah mati menahan diri sebab merasa ia tak cukup pantas bersanding dengannya. Ia sendiri tak yakin jika berada di posisi pemuda itu, ia mampu melakukan hal serupa.

Now who's the little selfish princess, eh...?

I'm gonna be the love that's gonna last
And be the one that got your back
Ain't nothing ever that bad that we won't be together?


Hening. Meski tidak yakin apakah waktu berjalan lambat hanya ketika bergulir di sisinya, ia merasa detik telah jauh meninggalkan mereka dalam kehampaan ketika kesadaran kembali memecut. Ada keyakinan terpantul pada iris berlapis bening kornea milik bola mata cokelat sang fille, namun merangkai kata-kata dari bibir nampaknya bukan pekerjaan mudah pada situasi seperti ini. Gadis itu menggenggam erat buketnya, merasakan keringat dingin menjalari telapak, tapi ia tidak takut. A life with no regrets—setelah malam ini usai ia hanya menginginkan hadiah manis dari Morpheus. Ia bersyukur karena bukan kenyataan pahit yang disuguhkan kebenaran dari kisah panjang dan melelahkan milik mereka.

"And you're silly for keeping these out from me. You know it's not the perfect Nathan Harvarth that anyone else see whom I adore—it's you."

"This man,"
Michelle mengerjap sebentar, meletakkan tangan kanannya di pundak Nate. Mendongak untuk menatap lekat-lekat guratan sempurna wajah milik pemuda yang sama tiga tahun lalu—dan tercekat saat menyadari betapa orang yang dikasihinya telah bertambah dewasa. "along with his goods and his flaws; I accept him." Maniknya mengerling sepasang lain milik sang lawan bicara, terdiam, namun tidak menunjukkan tanda telah selesai bicara. Ia memejamkan mata. "But I won't forgive you—"

"—unless you swear that you will not let such thoughts come up in your mind again. Ever. I'd never be happy if it's not you."


Sesak, jadi jangan suruh ia berbicara lebih lanjut karena pastinya memang tidak mungkin. Selain karena merasa takut racauan akan membuatnya terdengar seperti aktris yang tengah memerankan sebuah roman picisan, Michelle sudah merasa jantungnya berpindah ke kepala—berdentum-dentum dalam rongga tempurung. Sedetik berselang, pemilik helaian gelombang tergerai itu menunduk, memandangi kelopak-kelopak cantik Anemone dengan pipi bersemu. Keningnya bersandar pada tubuh sosok di hadapan.

It's more than words to say.

And though we both made our mistakes
And some we never wish we made
But we'll be okay if we just stay together
0 Responses