Frilla
Could it be you
Or do I lose my way?
I'm here but colorblind


—dan bukunya yang berjatuhan menimbulkan bunyi debam mengerikan, bergema di sepanjang lorong bawah tanah, menyusul ekspresi terperangah tak percaya saat sebuket besar kuntum kelopak putih disodorkan ke hadapan oleh salah seorang Slytherin tahun pertama bertubuh kecil.

Anemone.

Tapi bukan hanya itu alasan atas reaksi keterkejutan gadis jangkung dengan helaian ponytail panjang tersebut pada senja seusai pelajaran, suatu hari di awal musim semi. Isi pesan yang tertera bersama rangkaian bunga tersebut, beserta tulisan tangan sang pengirim—sekalipun tidak mengukirkan nama—merupakan penyebab utama menggelegaknya suatu perasaan yang sudah lama terkubur dalam-dalam. Ia sendiri tak yakin apakah harapan adalah tanggapan tepat untuk menyambut situasi yang tengah dihadapi, namun nampaknya kuasa menjawab sudah disabotase hati.

Beribu sanggahan yang berusaha digalinya sembari menghabiskan sisa hari dengan peringai gelisah tidak juga berhasil menyumpal. Setelah menghabiskan potongan burger pada jam makan malam dengan berusaha keras menahan gerak bola mata untuk tidak melirik ke salah satu arah, ia buru-buru ambil langkah seribu untuk memendam diri dalam kamar, memandangi langit-langit rendah sambil duduk bersila di atas tempat tidur berlapis selimut zamrud. Sebelah tangannya mengelus tengkuk Azure yang meringkuk dalam pangkuan, dan sudah tak terhitung berapa kali helaan napas terdengar selama hal ini berlangsung.

Another 03.16.1979

Tidak mungkin Santa Klaus begitu baik bersedia mengabulkan permintaan hadiah Natal konyol yang ia jejalkan ke dalam kaus kaki di perapian beberapa bulan lalu.

Close my eyes
I try to hide
I'm listening to my voice inside
What's on to tell me right or wrong


Pandangannya kembali mengerling pada seikat Anemone yang teronggok di sisi—kini tengah diendus oleh si kucing pandai dan selalu ingin tahu—untuk memastikan bahwa benda pemberian itu bukan ilusi semata. Perlahan jemari tangannya yang bebas menelusuri bagian-bagian bunga cantik tersebut, menyentuh tangkai, daun, mahkota, kemudian menghirup aroma lembut yang menguar ketika ia mendekatkan buket itu. Oke, wujudnya mungkin riil, nyata. Lantas bagaimana dengan maknanya? Unfading love—cinta yang tidak pudar—dia ingin Michelle mempercayai bahwa sejak awal rasa itu pernah ada, setelah semua yang dilakukannya?

Dilematis. Pemikiran yang membuat ia ingin berteriak histeris kalau saja tidak khawatir anak-anak perempuan di luar, seperti Sienna dan Laffy khususnya, akan segera berhamburan masuk untuk mencari tahu apa ada Banshee muncul di dalam kamar mereka. Di satu sisi kenyataan bahwa sang pangeran pernah mengkhianati; menolak, mencampakkan, telah sukses meninggalkan lubang besar pada rongga dada. Tapi tentu bagian lain dari dirinya segera menegaskan bahwa selamanya tak ada seorangpun mampu mengobati lubang tersebut, tak ada seorangpun yang lebih ia harapkan kehadirannya untuk kembali mengisi, kecuali orang yang bersangkutan.

Dan kenyataan jelas mengungkap bahwa keinginan untuk menutup kembali koyakan luka itu tak putus-putus selalu ia panjatkan. Hanya saja kini setelah kesempatan itu menganga, ketakutan mengalami rasa sakit yang lebih besar justru menghampiri. Membuatnya terlalu pengecut untuk bangkit dan memacu langkah. Bagaimana kalau semua ini hanyalah serangkaian permainan lain yang sengaja dirancang? Bagaimana kalau lagi-lagi ia dijebak dalam kenaifan untuk mengucap ikrar? Ia memang tidak pernah menyesali diri yang pernah menjanjikan segalanya pada sang kekasih, tidak sekalipun. Namun siapa yang membuatnya harus menelan kembali semua dalam kepahitan?

So leave the past behind
I only wanna feel the sunlight stop the fight and see it in your eyes
Wish I just knew what I should do


Bagaimanapun hanya ada satu cara untuk mengendus sisa-sisa ketulusan.

Maka disanalah kakinya terpancang. Di hadapan portal yang akan menghubungkannya ke dunia lain—dunia dimana hanya mereka berdua yang bermukim. Nate dan Michelle. Michelle dan Nate. Dunia milik mereka, tiga tahun silam. Sekalipun sebisa mungkin berlambat-lambat selama perjalanan meniti tangga menuju ke menara ini, tetap saja ia tiba lebih awal. Lima menit sebelum waktu perjanjian, demikian jam sakunya mengabarkan.

Gerakannya terhenti saat merapatkan sweater abu-abu yang tersampir di atas kaus lengan panjang putih dan twirly skirt biru muda selutut, karena menyadari tanpa bermaksud sengaja telah mengenakan peninggalan milik pemuda yang akan ia temui sesaat lagi. Tidak mungkin ditanggalkan sekarang, apa boleh buat. Ia mendengus, memejamkan mata, kemudian menarik napas dalam-dalam—berusaha mengendalikan degup yang berdentum, entah karena habis melanglang dari bagian terendah hingga tertinggi kastil, atau faktor lain. Diabaikannya cekat yang bercokol di faring, dan tangannya memutar gagang pintu menuju ruangan kelas Astronomi.

This is it.

Ruangan yang sama. Dengan langit bertabur bintang yang tak ubahnya serupa. Dan tatapan dari manik pekat berwarna identik dengan miliknya, menghujam dari sosok yang bersandar pada selusur jendela. Detik berjalan enggan, lambat-lambat merangkak dalam keremangan di bawah siraman kubah titik keperakan, tatkala kedua insan saling menyapa dalam geming. Sang tuan putri yang lantas memalingkan wajah, sementara kedua mary-jane menimbulkan ketukan ringan pada permukaan lantai. Menghantarkannya merekat bentangan jarak. Sampai kira-kira satu meter tertinggal, ia mendongak untuk kembali mendaratkan pandang pada gurat familiar di hadapan. Jauh lebih kacau, perasaannya, di banding sekuali ramuan yang tengah meletup.

"If you're trying to attract me into somekind of joke—this," uraian gelombang cokelatnya yang tergerai hingga mencampai pinggang berkilauan tertimpa cahaya, ketika genggaman kiri fille berdarah campuran itu mengacungkan buket Anemone kepada pengirimnya. "isn't funny, Harvarth." Oke, ia berhasil. Tidak ada emosi yang boleh bergerak sebelum logika berbicara. Hanya saja, aneh menyadari alih-alih menuntut, nada suara dan sorot mata gadis itu justru menyiratkan harapan dan kerinduan yang mendalam seolah mengatakan—"Mengapa baru sekarang?"

Because as long as you wish for it,
the promise will always be there.


Maybe it is me
Used to plan to see that it's you
For everything I am, everything I need, lies in you
0 Responses