Frilla
Mantra~ Mantra~

Lagi-lagi Gryffindor dan Slytherin sekelas. Yang artinya lagi-lagi ia akan bertemu dengan orang ini dan itu yang super menyebalkan. Lalu ada pangeran musang --wait. Nate harus benar-benar melupakan panggilan itu. Karena seperti yang ia baru ketahui setelahnya, mus--anak laki-laki itu ternyata Arvid Corleone. Yeah, Corleone. Yang berarti, ia dan Arvid itu masih bersaudara. Entah hubungan mereka apa, tapi mengingat nama itu dimiliki neneknya dulu, berarti mereka masih memiliki hubungan keluarga. Yang sebenarnya tidak mengherankan, mengingat biasanya keluarga-keluarga penyihir tua memang saling berhubungan. Sienna misalnya, ia baru tahu sepupunya juga masuk ke Hogwarts tahun ini, satu asrama dengannya pula! Ck, bisa-bisanya ia tidak sadar. Entah ada apa dengannya, padahal biasanya ia paling tahu masalah beginian. Maklumlah, ayahnya dari dulu selalu mengatakan, family means more than blood. Meskipun ia tahu hal itu lebih merujuk pada Nate sendiri daripada orang lain.

Nate mengerling ke sekeliling kelas, dengan pandangan aku-lebih-hebat-daripada-kalian-nya yang biasa. Sombong? Bukan, bukan. Hanya sekedar menyampaikan kenyataan yang ada. Oh, great, sudah ramai. Lightdarker, tuan ingin-jadi-ular-Dutie, gadis Gryffindor sok pahlawan yang belakangan ia ketahui bernama Rainier, Arvid, Michelle dan beberapa orang lain. Lucky. Masih ada tempat di kursi paling depan. Seperti yang ia bisa katakan, ia memang pemilik keberuntungan langit.

"Morning, princess..." ujarnya dengan cengirannya yang biasa saat ia melewati Solathel--Michelle dan duduk di kursi paling depan, meskipun sesaat ia sebenarnya ingin pergi ke meja dekat gadis itu. Nate bukan murid yang baik, ia tahu hal itu. Melanggar peraturan sudah menjadi makanan sehari-harinya. Namun nilai adalah hal yang lain lagi. Nate harus, HARUS mendapat nilai bagus. Bukannya ia anak menyedihkan yang harus belajar dengan sangat sangat keras untuk mendapat nilai bagus, tapi ia tahu ia harus memenuhi permintaan ayahnya yang meskipun tidak diucapkan tapi bisa sangat dimengerti oleh Nate. Jadi mengesampingkan hobinya berbuat ini dan itu yang bisa mendatangkan detensi, ia bukan hanya memikirkan senang-senangnya saja, kok.

“Hari ini kita akan mempraktekkan mantra dasar untuk murid tahun pertama,”

Wingardium Leviosa. Mantra melayang. Oke. Lalu sekarang mereka harus mencobanya pada bulu-bulu putih yang tampak lembut dan akan sangat empuk untuk dijadikan isi bantalnya. Tapi kembali pada tugasnya yaitu mengangkat bulu-bulu putih ini. Nate menggenggam tongkatnya. Hawthorn, ekor unicorn, 10 inchi. Baiklah, menurut buku Kitab Mantra Standar Tingkat Satu oleh Miranda Goshawk yang terbuka di depannya di halaman lima, pelafalan dan gerakan tongkat sangat berpengaruh pada keberhasilan mantra ini. Jadi pertama, mari kita berlatih mengucapkan mantra ini (sekaligus mendengar suara Nate yang memang enak untuk didengar)!

"Win-GAR-dee-um lev-ee-OH-sa."

Satu.

"Win-GAR-dee-um lev-ee-OH-sa."

Dua.

"Win-GAR-dee-um lev-ee-OH-sa."

Tiga.

Oke, palafalan sempurna (tentu saja, Nate memang selalu sempurna) lalu sekarang apa?


---------------------------
----------------

Kali ini ia benar-benar serius dalam mengikut kelasnya. Inginnya sih begitu. Tapi beberapa Gryffindor sial benar-benar mengganggunya, dan Nate benar-benar tidak terima kalau harus dipermainkan tanpa ia bisa membalas. Jadi ia melakukannya, hanya mantra simpel 'Petrificus Totalus' dan beberapa kalimat untuk membalas perkataan orang-orang itu. Tapi pada akhir pelajaran ia malah jadi yang sakit. Hipertensi-nya kambuh. Sialan.
0 Responses