Frilla
Malam itu cerah. Bahkan angin musim gugur malam itu tidak bisa meredakan kehangatan yang meliputi kelegaan semua orang. Mungkin tidak semua, tapi kebanyakan orang. Dan di atas jembatan itu seorang pemuda berdiri. Sebuah piala emas dalam genggamannya. Cairan jingga di dalamnya ikut bergerak ketika sang laki-laki mengangkat piala itu. Senyum asimetris terpahat dalam wajah anak laki-laki bernama Nate itu.

Suasana dunia pasti sedang gempar. Kau-Tahu-Siapa sang penebar terror telah lenyap untuk selama-lamanya. Bahkan ia sendiri masih mengalami kesulitan untuk mempercayainya. 31 Oktober, hari haloween yang tidak memiliki keunikan tersendiri dibandingkan tahun lalu minus berita serangan pelahap maut yang semakin merajalela tiap harinya. Lalu berita menyebar dengan cepat bahwa pangeran kegelapan telah kalah. Lenyap tanpa bekas. Mati. Karena seseorang dengan nama—Potter? Ia tahu nama itu, (selain itu salah satu keluarga berdarah murni) seeker Gryffindor yang dulu selalu bersaing dengan salah satu Slytherin yang legendaries, Regulus Black. Entah detil mengenai hal itu bagaimana, meskipun berita yang beredar mengatakan anak dari James Potter berhasil menolak kutukan kematian. Nate tidak tahu dan tidak berniat untuk mencari tahu.

Semua senang, semua puas, semua lega. Suasana kastil terlalu ceria hingga dia merasa muak. Bukannya Nate tidak suka dengan kepergian Kau-Tahu-Siapa. Hanya saja, suasana itu sama sekali tidak cocok untuknnya. Memang tahun-tahun kegelapan akhirnya berakhir setelah semua kehilangan yang menimpa. Meskipun Norwegia tidak sekelam Inggris, ia sudah merasakan kepahitan akibat kehilangan keluarganya dalam perang. Tidak sekalipun ia sudi memaafkan pangeran kegelapan yang berani mengusik keluarganya.


Waktu bergulir.
Surya terbit dan tenggelam.
Hari berganti.


Tawa memuncah tanpa rasa humor di dalamnya. Itu hanya suatu bentuk ekspresi dari kenyataan ironis yang baru diketahuinya. Kakaknya tewas sesaat sebelum kejatuhan pangeran kegelapan. Entah berada di pihak siapa sebenarnya gadis berumur dua puluh tahunan itu. Korban yang berada di saat dan waktu yang tak tepat, membantu aurorkah, atau justru sebenarnya pelahap maut. Terpukul ia. Meskipun kakak tertuanya itu membencinya. Tapi Nate tidak sedih atau merasa kehilangan. Dan ia merasa bersalah karena sedikit banyak merasa senang dengan kematian ini. Apakah itu berarti dia orang jahat? Ia senang karena salah seorang kakaknya mati. Ia merasa lega. Apakah ini berarti pendapat gadis yang lebih tua darinya itu memang benar? Bahwa Nate memiliki hati yang busuk dan hanya akan menyengsarakan orang lain. Peduli setan. Miranda sudah mati.


“For the Dark Lord and may he rest in peace.”

Or rot in hell.

Nate mengangkat pialanya ke arah langit dan meneguk isinya. Jus labu tidak pernah terasa seenak ini sebelumnya. Dan boleh dia berkata persetan dengan anggapan orang lain yang mungkin lewat tentang dirinya yang berdiri sendiri dengan piala emas khas Hogwarts di tangan?
0 Responses